Minggu, 27 Maret 2016

Pangan, Sandang, Papan untuk Rakyat

Apa yang sedang berkecamuk di panggung politik Indonesia memang menarik untuk ditonton. Betapa tidak menarik, menyaksikan kemelut politik antara Koalisi Merah Putih melawan Koalisi Indonesia Hebat, KPK versus polisi, Golkar Bakrie lawan Golkar Laksono, Gubernur Jakarta berhadapan dengan DPRD Jakarta, kasus Kepala Staf Kepresidenan, “penumpang gelap” dan “anak indekos”, uang muka mobil dinas, harga BBM naik-turun, Wakapolri dan beragam kemelut politik, dikompori media massa. Apalagi, media sosial yang memang gemar pertarungan politik.

Makin seru kemelut politik, makin laris produk-produk jurnalistik, jasa politik, dan jasa hukum. 
Tidak perlu disangkal bahwa secara bisnis, era Reformasi dengan segala perbenturan politik secara lebih terbuka, memang membawa industri jurnalistik, jasa politik, dan jasa hukum ke masa keemasan.
Makin banyak KPK menangkap koruptor, makin banyak pula para produsen jasa hukum memperoleh pelanggan. Makin buruk bad news, makin bagus kemungkinan industri jurnalistik meningkatkan profit. Talk-shows paling diminati para pemasang iklan adalah yang paling menampilkan kontroversi politik. Para politikus dan mereka yang ahli politik sengit berdebat di panggung talk-show.
Sebagai penulis, saya juga bersyukur sebab tidak pernah kekurangan bahan tulisan. Sampai saya bingung memilah dan memilih bahan mana yang perlu dan tidak perlu saya tulis. Memang, industri hiburan politik benar-benar mengalami masa keemasan akibat kebebasan menyampaikan pendapat setelah sekian lama tertekan.
Kini pada era Reformasi, kebebasan memang sangat bebas sampai sering kebablasan.  Untuk mengetahui apa yang terjadi di panggung kehidupan rakyat, saya memaksakan diri bangun dini hari untuk jalan keliling kawasan Hotel Sahid Jaya dan Midplaza sampai ke Citilooft Sudirman, yang tergolong kawasan kelas wahid di Indonesia, agar bisa bertemu dan berbincang langsung dengan para sopir taksi, pengojek sepeda motor, pedagang kaki lima, pengusaha warung makan, pemulung yang pukul 05.00 dini hari sudah giat mencari nafkah untuk keluarga.
Mengharukan bagaimana para pengusaha warung makan dan pedagang kaki lima rutin membayar retribusi, ikhlas setiap saat digusur. Sopir taksi dan pengojek sepeda motor mengeluh sebab harga BBM naik dan tarif terpaksa ikut naik, seperti halnya harga sembako sehingga terpaksa penghasilan menurun. Ada pemulung yang mempunyai enam anak mengeluh soal sekolah gratis, tetapi harus bayar uang gedung, buku, ujian, seragam, atau study tour ke Bali.
Semua menyatakan tidak peduli apa yang terjadi di panggung politik. Panggung kehidupan mereka sehari-hari jauh lebih penting untuk dipedulikan, bahkan diperjuangkan. Hanya satu dan satu-satunya yang antusias bicara politik sebab kebetulan mantan anggota parpol yang dikecewakan parpolnya sampai terpaksa menjadi sopir taksi.
Kesan rakyat tidak peduli politik tetapi lebih peduli nafkah juga saya peroleh ketika blusukan di kawasan kumuh Jakarta Utara, untuk menyerahkan sumbangsih jamu bagi para korban banjir. Apa yang terjadi di panggung kehidupan rakyat memang beda, seperti Bumi dengan langit, dari apa yang dipergelar di panggung politik.
Insya Allah para pelaku politik berkenan sejenak mawas diri, mengenai apakah yang mereka sedang asik lakukan di panggung politik itu berkaitan dengan subjek kebutuhan rakyat Indonesia, yang mereka elu-elukan, sebagai objek slogan dan kampanye politik masing-masing. 
Hal yang benar-benar didambakan rakyat memang sebenarnya bukan hiburan komedi atau tragedi, apalagi horor politik; melainkan pangan, sandang, dan papan bagi diri dan keluarga masing-masing.

Mengapa Selalu 'Sandang, Pangan, Papan'?

Setiap kali jalan-jalan ke daerah pemukiman atau bertandang ke rumah seseorang, ada satu hal yang selalu menarik perhatian saya. Rumah dan gaya hidup. Keisengan saya untuk memperhatikan ini berawal dari keheranan menyadari bahwa saat ini, seseorang dengan gaya hidup mewah, dalam arti sandang dan pangan yang mewah, belum tentu memiliki papan atau rumah yang mewah pula. Keadaan sebaliknya juga sering kita jumpai di hidup ini. Padahal biasanya orang akan berpikiran jika penampilan seseorang cukup sederhana, maka hartanya juga biasa saja.

Maklum.. pemikiran seperti itu juga berdasar pada 'kenapa uangnya tidak buat memperlayak rumah saja daripada buat beli pakaian?'. Pemikiran ini menggiring saya ke istilah yang sudah mendarah daging di otak kita, yaitu sandang, pangan, papan. Mengapa tidak dibuat pangan, papan, sandang atau papan di tempat pertama? Sepertinya memang seperti inilah tabiat manusia.

Jika Anda tidak mencukupi kebutuhan pangan dengan baik, orang lain tidak bisa langsung menyadarinya sampai terjadi sesuatu dengan kesehatan Anda. Begitu pula dengan papan atau rumah, Anda tidak membawanya ke mana-mana, jadi sepanjang Anda tidak sering menerima kunjungan di rumah maka kebutuhan untuk rumah yang layak dan indah masih bisa dikesampingkan. Sedangkan penampilan atau sandang, adalah sesuatu yang selalu melekat dengan diri kita, dibawa saat berhadapan dengan banyak orang di berbagai acara, oleh karena itu mutlak harus didahulukan dibanding kebutuhan yang lain.

Apakah Anda juga demikian? Tidak perlu malu mengakuinya, karena tidak ada benar salah dalam hal ini. Semuanya tergantung pada kepribadian dan kenyamanan Anda. Setidaknya yang terbaik adalah, Anda memiliki standar yang cukup layak untuk ketiga elemen tersebut. 

Rumah yang layak setidaknya memiliki dapur dan kamar mandi yang bersih, ruang yang leluasa, cukup penerangan dan sirkulasi udara yang baik, serta interior yang nyaman. Sedangkan makanan, sudah jelas standarnya yaitu dalam jumlah cukup, sehat dan bergizi. Untuk penampilan, standarnya Anda memiliki beberapa pasang pakaian yang bisa dipakai untuk acara formal, hang out dan gaun cantik untuk ke pesta; seperangkat alat make-up dasar, alas kaki untuk berbagai keperluan, handphone yang masih berfungsi dengan baik dan kendaraan yang cukup terawat untuk memfasilitasi kemandirian Anda.

Hal yang memalukan adalah jika ketiga elemen tersebut tidak seimbang, contohnya mobil mewah, pakaian selalu trend terbaru namun rumahnya masih bocor dan reyot di sana-sini. Pakaian up-to-date (selalu pakaian jadi yang nomer 1) namun untuk urusan makan, memilih yang harganya paling rendah dengan tingkat kesehatan yang tidak terjamin. Well.. semoga setelah ini contoh-contoh yang bisa membuat dahi mengernyit ini bisa lebih diseimbangkan

Sandang, Pangan dan Papan


  • Sandang
Sadang atau lebih di kenal dengan Pakaian, pakaian tentu saja berfungsi untuk menutup aurat, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. pada Jaman purbakala memang manusia belum membutuhkan pakaian. namun seiring berjalanya waktu, pakaian menjadi sangat di butuhkan dan menjadi salah satu kebutuhan yang harus di penuhi oleh manusia. Tanpa sandang Manusia masih bisa bertahan hidup, akan tetapi jika sesorang tidak mengenakan pakaian, maka umumnya yang terjadi adalah kedinginan, masuk angin dan merasa malu untuk berbaur dengan orang lainya. Saat ini, penggunaan pakaian tidak hanya sebatas sebagai penghangat tubuh dan penutup aurat saja. Tetapi juga sebagai penghias tubuh dan sebagai penunjuk status sosial.
  Jadi, sandang adalah kebutuhan pakaian (baju dan celana) yang akan melindungi tubuh dari panas, dingin, hujan, atau sengatan matahari.

  • Pangan
Pangan dapat kita artikan sebagai makanan dan di sini juga suda termasuk minuman. Makanan tentu saja adalah kebutuhan pokok yang paling utama di butuhkan setiap makhluk hidup. Tanpa adanya pangan, manusia tentu saja tidak akan membut untuk bertahan hidup. pangan juga berfungsi untuk pemberi nutrisi bagi pertumbuhan sesorang. oleh sebab itulah, makanan yang layak dan sehat merupakan kebutuhan setiap manusia dari zaman dahulu hingga kiamat kelak. pangan tersebtu berupa sembako (sembilan bahan pokok: Beras, sagu, dan jagung; gula pasir; sayur-sayuran dan buah-buahan; daging; minyak goreng dan margarin; susu; telur; minyak tanah atau LPG; dan garam beriodium dan bernatrium).
   Jadi, pangan adalah kebutuhan nutrisi yang menggerakan organ tubuh untuk aktivitas sehari-hari. Sebut saja makanan empat sehat dan lima sempurna, air, dan udara.


  • Papan
Papan berarti rumah ataupun tempat tinggal, papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia saat ini, memang tanpa tempat tinggal manusia masih bisa bertahan hidup akan tetapi tanpa tempat tinggal manusia tidak terlindungi dari hujang, angin malam yang dingin, binatang yang buas, pencuri dan juga manusia tentu saja akan mendapat gangguan psikologis.
Papan juga dapat berfungsi sebagai penunjuk sosial. seperti orang yang tinggal di rumah yang sederhana atau kos-kosan status sosialnya tentu akan berbeda dengan orang yang tinggal di apartemen ataupun Rumah mewah.
   Jadi, papan adalah kebutuhan tempat tinggal untuk tidur, beristirahat, dan berlindung dari hujan atau terik matahari.