► Pengertian Terorisme
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan
merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang
dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi
terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan
tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu
para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan yang kejam.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan
"teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut
diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib,
militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terrorism :
"Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan
terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam
perang". Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan
agama.
Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh
negara atau dikenal dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti
dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke dalam kategori
itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai penyebutan yang awalnya
bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika Serikat banyak menyebut teroris
terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain liputan media menunjukkan
fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga
melanggar konvensi yang telah disepakati.
► Opini tentang terorisme
kelompok teroris sejatinya tidak lepas dari regenerasi yang
terus dilakukan dengan merekrut anggota-anggota baru yang disiapkan menjadi
martir. Mereka merekrut anggota dengan berbagai cara. Mulai dari
pertemuan-pertemuan tertutup hingga propaganda melalui dunia maya.
Di sanalah proses transformasi mengubah individu dari
radikal menjadi teroris berjalan. Sedikitnya ada 5 tangga kondisi yang
mentransformasi individu menjadi teroris.
Pertama, individu mencari solusi tentang apa yang dirasakan
sebagai perlakuan tidak adil. Kedua, individu membangun kesiapan fisik untuk
memindahkan solusi atas persoalan tersebut dengan penyerangan.
Ketiga, individu mengidentifikasi dengan mengadopsi
nilai-nilai moral dari kelompoknya. Keempat, orang yang telah masuk ke dalam kelompok
teroris sangat kecil kemungkinan bisa keluar dari kelompok tersebut.
Setelah melalui empat tangga sebelumnya, maka di tangga kelima, individu
secara psikologis menjadi termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan
terorisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar